Monday, March 22, 2010

solahudin wahid calon PBNU


TRADISI sowan ke presiden menjelang kongres, musyawarah nasional, dan muktamar organisasi kemasyarakatan serta partai politik belum hilang dari jagat politik Tanah Air. Itu pula yang dilakukan dua kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjelang muktamar ke-32 organisasi yang didirikan KH Hasyim Asy'ari, kakek Gus Dur, itu di Makassar, mulai besok.

Dua kandidat ketua umum yang sowan adalah KH Salahuddin Wahid, cucu KH Hasyim Asy'ari, dan KH Said Agil Siradj. Keduanya bertamu ke kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, dalam rentang waktu kurang dari 24 jam.

Gus Sholah, panggilan akrab Salahuddin Wahid, sowan ke Cikeas pada Jumat (19/3) malam. Sebaliknya Said Agil sowan keesokan harinya, Sabtu (20/3) pagi.

"Saya sempat mendengar bahwa SBY tidak menginginkan saya maju dalam muktamar. Tapi, saya bilang ke SBY, saya tidak percaya dengan rumor tersebut," kata Gus Sholah saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Pertemuan dengan SBY, tukas Gus Sholah, merupakan inisiatif dirinya. Ia menyatakan pertemuan tersebut awalnya dimaksudkan untuk membicarakan kondisi makam Gus Dur yang buruk karena banyaknya pengunjung.

"Kondisi ini mengganggu kegiatan pengajian dan aktivitas Pondok (Tebuireng, Jombang, Jawa Timur). Saya minta bantuan ke Presiden karena Gus Dur adalah mantan presiden," tuturnya.

Dalam pertemuan tersebut, Gus Sholah menawarkan kepada Presiden bahwa NU siap bekerja sama dengan pemerintah. "NU dan pemerintah dapat menyelesaikan masalah keagamaan dan saling bekerja sama dalam membangun demokrasi dan ekonomi."

Periode politik

Berbeda dengan Gus Sholah yang sowan ke SBY atas inisiatif sendiri, Said Agil mengaku menemui SBY karena diundang sarapan bersama. "Jumat sore saya mendapat telepon yang meminta saya ke Cikeas," ujar Said dalam konferensi pers, Sabtu.

"Pak SBY menyampaikan NU harus tetap menjaga semangat kebangsaan. Menurut Pak SBY, Pak Said yang layak untuk menjalani peran itu. Kalau beliau berharap dengan saya, itu karena tahu persis siapa saya, sebelum dan sesudah beliau menjadi presiden," kata Said Agil.

Said menuturkan pertemanannya dengan Presiden Yudhoyono sudah terjalin sejak lama. Saat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masih menjadi presiden, Said Agil kerap berdiskusi dengan SBY.

Terkait dengan hubungan NU dan politik, kandidat ketua umum lainnya, Masdar Farid Mas'udi, menilai saat ini NU berada dalam periode yang tidak jelas karena secara formal merupakan organisasi sosial kemasyarakatan, tetapi berperilaku layaknya partai politik. "Banyak yang menyebutnya periode khilaf," kata dia, pekan lalu.

Periode tidak jelas itu, tukasnya, dimulai sejak 1999. Ia mengatakan banyak faktor yang menjadi penyebabnya, terutama euforia reformasi dan kebebasan beraktivitas di dunia politik. "Namun, kondisi NU saat ini sudah disadari banyak pihak dan ada keinginan untuk mengembalikan NU ke khitah, tujuan awal pendirian organisasi itu," tutur Direktur Perhimpunan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat (P3M) tersebut.

Dari Makassar, Ketua Panitia Muktamar Muchtar Nurjaya menyatakan seluruh persiapan sudah selesai. Gedung Celebes Convention Centre (CCC) yang menjadi tempat pembukaan Muktamar Ke-32 NU yang direncanakan dibuka Presiden Yudhoyono juga sudah dipoles.

Hingga kemarin, dari total 5.000 peserta aktif muktamar, seperlimanya (1.000 peserta) sudah masuk ke Asrama Haji Sudiang, Makassar. Muktamar juga bakal dihadiri pengamat dan ulama dari 50 negara. (NJ/LN/X-10)

No comments:

Post a Comment