AT-TABI’ DAN ASY-SYAHID
MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
ULUMUL HADITS
Oleh :
SYIFAUL QULUB
Dosen Pembimbing :
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
JURUSAN AKHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
SURABAYA
2009
MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
ULUMUL HADITS
Oleh :
SYIFAUL QULUB
Dosen Pembimbing :
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
JURUSAN AKHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
SURABAYA
2009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelrsaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada beginda Rasul Muhammad SAW yang dengan jerih payahnya telah mempu nerubah peradaban yang tidak memhenal perikemanusiaan menuju peradaban yang penuh dengan kebaikan.
Dalam kesempatan ini, dengan penuh rasa suka cita penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Dosen Mata Kuliah Ulumul Hadits yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah yang kami beri judul AT-TABI” DAN ASY-SYAHID ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah yang telah dibuat ini masih banyak kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mangharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya tidak terjadi kesalahan serupa.
Surabaya, 03 Mei 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu hadits dikenal istilah Hadits Gharib yaitu Hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian sanad itu terjadi. Untuk menetapkan suatu Hadits itu Gharib perlu adanya pemeriksaan terhadap Hadits yang diperkirakan Gharib tersebut dengan maksud apakah Hadits tersebut mempunyai Muttabi’ atau Syahid. Pemeriksaan tersebut dalam ilmu Hadits diistilahkan I’tibar.
Jika Hadits yang diperkirakan Gharib tersebur, ternyata memiliki Muttabi’ atau Syahid, maka nilai keghariban hadits itu dengan sendirinya akan hilang. Dan akan berubah menjadi Hadits Aziz atau bisa manjadi Hadits Mutawattir jika Muttabi’ dan Syahidnya sampai pada standar minimal periwayatan dikatakan Hadits Mutawattir.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini , penulis mangajukan beberapa rumusan masalah yang tersusun sebagai berikut :
1. Apakah Muttabi’ dan Syahid itu ?
2. Ada berapakah macam-macam Muttabi’ dan Syahid itu ?
3. Bagaimanakah aplikasinya dalam penerapan kuantitas dan kualitas Sanad dalam Hadits ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis atas penyusunan makalah ini adalah agar para pembaca mampu memahami istilah Muttabi’ dan Syahid, macam-macamnya serta pengaplikasiannya dalam penerapan kuntitas dan kualitas sanad dalam suatu Hadita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabi’ dan Syahid
Yang dimaksud dengan Tabi’ atau Muttabi, adalah Hadits yang mengikuti periwayatan Rowi lain sejak pada guru (yang terdekat) atau gurunya guru (tang terdekat tersebut. Sedangkan Syahid Adalah Hadits yang periwayatannya diikuti oleh periwayat lain yang menerima dari sahbat lain dengan matan yang menyerupainya dalam lafal dan makna ata dalam maknanya saja.
Sebagian Ulama’ berpendapat, bahwa yang dikatakan denga Hadits Muttabi’ adlah Hadits yang diriwayatkan oleh orang lain yang sesuai lafalnya. Dan yang dikatakan denga Syahid adalah Hadits yang diriwayatkan oleh orang lain yang maknanya sesuai dengan Hadits Fardnya, baik Hadits tersebut bersumber dari seorang Sahabat, maupun dari beberapa orang Sahabat.
B. Macam-macam Tabi’ dan Syahid
Hadits Tabi, terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Tabi’ Tam, yaitu bila periwayatan Muttabi’ mengikuti periwayatan guru Muttaba’ dari yang terdekat sampai yang terjauh.
2. Tabi’ Qashir, yaitu bila periwayatan Muttabi’ mengikuti periwayatan guru Muttaba’ yang terdekat saja , tidak sampai mengikuti gurunya guru yang jauh sama sekali.
Begitu juga Hadits Syahid dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Syahid Bil Lafdhi, yaitu bila matan Hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat yang lain sesuai renaksi dan maknanya dengan Hadits Fardnya.
2. Syahid Bil Ma’na, yaitu bila matan Hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat lain itu hanya sesuai maknanya saja.
C. Contoh Hadits Tabi’ dan Hadits Syahid
الحديث عن النبي صلعم
الشهر تسع و عشرون فلا تصوموا حتى ترو الهلال و لا تفطروا حتى تروه فان غم عليكم فاكملوا العدة ثلاثين يوما { وفى لفظ ابن خزيمة فكملوا ثلاثين وفى لفظ مسلم فاقدروا له ثلاثين وفى لفظ البخارى فاكملوا العدة شعبان ثلاثين }
ابو هريرة ابن عباس ابن عمر
محمد بن زياد ابن حنين نافع ابن زيد ابن دينار
شعبه عبيد الله عاصم مالك
البخاري النسائى مسلم ابن خزيمة القعنبي الشافعي
٦ ٥ ٤ ٣ ٢ ١
Dari Hadits di atas misalkan yang akan dicari Muttabi’ dan Syahidnya, maka kita dapatkan bahwa
1. Hadits Al Qo’nabi (Nomor II} menjadi Muttabi’ Tam dari Hadits Asy Syafi’i (Nomor I} karena Al Qo’nabi mengikuti periwayatan guru Asjy Syafi’i sejak dari guru yang terdekat sampai guru yang terjauh.
2. Hadits Ibnu Huzaimah (Nomor III} menjadi Muttabi’ Qashir terhadap Hadits Asy Syafi’I (Nomor I} karena Ibnu Huzaimah hanya mengikuti pada seorang guru saja, tidak semua guru Asy Syafi’i.
3. Hadits An Nasa’I (Nomor V} menjadi Syahid Bil Lafdhi dari Hadits Asy Syafi’I (Nomor I} karena sumber periwayatan dari masing-masing berbeda, walaupun renaksinya sam.
4. Hadits Al Bukhori (Nomor VI} menjadi Syahid Bil Ma’na dari Hadits Asy Syafi’I (Nomor I} karena sumber periwatannya berbeda, begitu juga redaksinya tidak sama, walaupun maknanya sama.
D. Aplikasi Dalam Kuantitas dan Kualitas Sanad
Setelah dilakukan penelitian, maka akan nampak seluruh matarantai para perowi Hadits yang diduga Gharib itu, begitu juga seluruh Tabi’ dan Syahidnya (bila ditemukan). Bila Hadits yang diduga Gharib itu ternyata memiliki Tabi’ dan Syahid, maka Hadits itu bisa menjadi Hadits Aziz atau bahkan bisa menjadi Hadits Mutawattir kalau Tabi’ dan syahid yang ditemukan mencapai standar minimal Hadits dikatakan Mutawattir. Tapi, jika tidak ditemukan Tabi’ tau Syahidnya maka Hadits itu tetap dikatakan Hadits Gharib.
Selain itu, dari seluruh matarantai para rowi yang meriwayatkan Hadits itu kita dapat meneliti rowi-rowi yang memenuhi syarat agar hadits yang diriwayatkannya dikatakan Shahih, Hasan Atau Dha’ifnya. Sehingga Hadits yang diperkirakan Ghabib itu bisa menjadi Hadits Hasan atau Shahih, tergantung dari para rowi dan Hadits lain yang menjadi Tabi’ dan Syahidnya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Yang dimaksud dengan Tabi’ atau Muttabi, adalah Hadits yang mengikuti periwayatan Rowi lain sejak pada guru (yang terdekat) atau gurunya guru (tang terdekat tersebut. Sedangkan Syahid Adalah Hadits yang periwayatannya diikuti oleh periwayat lain yang menerima dari sahbat lain dengan matan yang menyerupainya dalam lafal dan makna ata dalam maknanya saja.
Hadits Tabi, terbagi menjadi dua bagian yaitu Tabi’ Tam dan Tabi’ Qashir. Begitu juga Hadits Syahid dibagi menjadi dua bagian yaitu :Syahid Bil Lafdhi. dan Syahid Bil Ma’na.
Bila Hadits yang diduga Gharib itu ternyata memiliki Tabi’ dan Syahid, maka Hadits itu bisa menjadi Hadits Aziz atau bahkan bisa menjadi Hadits Mutawattir kalau Tabi’ dan syahid yang ditemukan mencapai standar minimal Hadits dikatakan Mutawattir. Tapi, jika tidak ditemikan Tabi’ tau Syahidnya maka Hadits itu tetap dikatakan Hadits Gharib. Sehingga Hadits yang diperkirakan Ghabib itu bisa menjadi Hadits Hasan atau Shahih, tergantung dari para rowi dan Hadits lain yang menjadi Tabi’ dan Syahidnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Fathur, 1974, Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung, Alma’arif,
Zein, Muhammad Ma’sum, 2006, Ulumul Hadits dan Mushthalahul Hadits, Jombang: Al Syarifah Al Khodijah
No comments:
Post a Comment