KIPRAH POLITIK HAMAS DI PALESTINA
HAMAS adalah singkatan dari "Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah" atau gerakan perlawanan Islam. Hamas merupakan gerakan perlawanan rakyat nasional yang bergerak demi menciptakan situasi yang kondusif untuk merealisasikan kemerdekaan rakyat Palestina, membebaskan mereka dari pnganiayaan,membebaskan bumi mereka dari penjajah Israel serta menghadang proyek Zionisme yang didukung oleh kekuatan Imperialisme Modern.A. Sejarah Singkat HAMAS
Menurut jurnal yang saya baca, Hamas merupakan "Gerakan Perlawanan Islam" di Palestina yang berideologi Islam dan bersifat fundamentalis. Fundamentalisme dalam hal ini diartikan sebagai faham yang kemudian diwujudkan melalui gerakan "kembali ke Islam", Islam dijadikan sebagai asas utama pergerakannya dan nilai-nilai yang ada di dalamnya merupakan pegangan hidup yang dijadikan rujukan tingkah laku anggotanya dalam bertindak. HAMAS didirikan pada 14 Desember 1987 oleh Syeikh Ahmad Yassin sekaligus sebagai pemimpin Spiritual gerakan ini. HAMAS merupakan metamorfosis dari gerakan yang dilakukan Ikhwanul Muslimin di Palestina.
Pemahaman aqidah HAMAS bersandar kepada Al Qur’an dan Sunanh Nabi. Kemunculan HAMAS diprakarsai oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin dan HAMAS adalah salah satu sayap dari Gerakan Ikhwan. Pasal Pertama di dalam Piagam Gerakan disebutkan bahwa manhaj HAMAS adalah islam. HAMAS menjadikan islam sebagai sumber pemikiran dan pemahamannya terhadap alam, kehidupan, manusia, kepadanya mereka berhukum dalam setiap prilakunya dan segala langkah-langkahnya juga merujuk kepadanya.”
Pada awalnya, HAMAS merupakan gerakan pemikiran sosial, sebelum bertransformasi kedalam gerakan politik dan militer. Bergerak melalui pendekatan sipil dengan aktif dalam pelayanan masyarakat yang bersifat sosial keagamaan. Namun sejak Intifadhah (perlawanan massal) partama, HAMAS mengubah bentuknya menjadi organisasi yang pergerakannya tidak hanya melalui pendekatan-pendekatan sosial saja, namun melalui cara-cara kekuatan militer yang dapat menyokong dalam perjuangannya. Bagi HAMAS kekalahan Arab terhadap Israel disebabkan semakin jauhnya bangsa Arab dari keislamannya (agama), maka tercetuslah slogan "Islam sebagai solusi" yang diyakini sebagai satu-satunya jalan yang harus dilalui dalam menghadapi penjajah Zionis. Intifadhah pertama terjadi tanggal 8 Desember 1987 dan menjadi titik tolak penting kelahiran HAMAS. Intifadhah kedua meletus di tahun 2000 sebagai respon akan pelanggaran dan kesewenang-wenangan Israel di tanah Palestina sengan kedatangan Ariel Sharon ke Masjidil Aqsha yang suci dan membuat umat Islam merasa terhina, terlebih setelah kunjungan Ariel Sharon tersebut, tentara Israel menyerang para jama'ah yang sedang beribadah dengan melepaskan tembakan yang mengakibatkan syahidnya para jama'ah.
Cita-cita dan tujuan HAMAS tercantum dalam sebuah covenant (piagam) yang berisi seluruh kredo ideologi mereka dan menjelaskan bagaimana kebijakan mereka dlam semua level perjuangan, baik mengenai Israel maupun gerakan nasional lainnya. Penghapusan Israel dari peta dunia merupakan agenda utama HAMAS dalam mewujudkan cita-cita pegerakan demi terwujudnya negara Islam Palestina merdeka.
Adapun struktur HAMAS terbagi menjadi 4 sayap yang saling terpisah :
1. Sayap Mobilisasi Massa.
2. Sayap Keamanan (dahulu bernama MAJD) yang dibentuk pada tahun 1983
3. Sayap Militer (Batalyon Asy Syahid Izzuddin Al Qossam), sebelumnya bernama “Mujahidu Filistiniyin” atau “Al Mujahiduun”
4. Sayap Politik
Struktur organisasi HAMAS terdiri atas dua keanggotaan, yaitu anggota basis yang tersidi kader-kader yang telah dibina secara khusus dalam berbagai pengkaderan HAMAS dan berhak memilih dan duduk dalam kepengurusan HAMAS, dan yang kedua adalah anggota luar biasa yang terdiri dari kaum Muslimin yang menyatakan bergabung dalam HAMAS namun dibina secara khusus dan hanya berhak ikut berpartisipasi dalam berbaga kekuatan HAMAS.
HAMAS memiliki dua divisi, yaitu divisi politik dan militer yang bergerak secara sistem sel ditingkat akar rumput dan berjuang dalam level terendah. Masjid digunakan sebagai basis gerakan untuk mengobarkan semangat jihad dalam menghadapi Zionis Israel karena masjid adalah tempat yang strategis dan efektif dalam mentransformasikan cita-cita dan arah pergerakan sekaligus sebagai penyebaran ideologisasi kepada rakyat Palestina.
B. Awal Kiprah HAMAS dalam Perpolitikan Palestina (Pemilu Palestina)
Dalam mewujudkan negara Palestina merdeka, HAMAS memilih berjuang dengan pergerakan bersenjata dan menolak perundingan dngan Israel. Perlawanan HAMAS banyak dilakukan setelah Intifadhah membuat pemerintah Palestina mendapat tekanan dari luar agar dicarikan jalan keluar untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel. Kemudian diwujudkan lah suatu kesepakatan yang disebut "Kesepakatan Oslo" tanggal 19 September 1993 yang ditandatangani oleh Yasser Arafat dan Yitzak Rabin. Kesepakatan ini berisi tentang bahwa masing-masing pihak menghentikan aksi-aksi bersenjata sekaligus Israel harus menarik pasukannya dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, namun Israel melanggar kesepakatan tersebut.
Tahun 1996 digelar Pemilu untuk memilih Presiden Palestinian Nitional Authority (PNA) dan Palestinian Legislative Council (PLC), Arafat terpilih kembali setelah tidak ada lawan politik pada Pemilu ini. HAMAS memilih tidak berpartisipasi karena menganggap Otoritas Palestina adalah produk Kesepakatan Oslo dan wujud penghianatan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina. Tahun 2000 meletus Intifadhah Al-Aqsha yang membuat situasi konflik kian memanas dan memaksa Arafat menunjuk Mahmoud Abbas untuk menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina. Namun Abbas dinilai gagal melakukan negoisasi dengan Israel hingga digantikan oleh Ahmad Qurei pada September 2003. Pemilu berikutnya yang seharusnya diselenggarakan 2001 baru bisa diselenggarakan pada 9 Januari 2005 untk memilih Presiden PNA dan 25 Januari 2006 untuk memilih anggota PLC, dan Hamas berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam pemilihan Badan Legislatif Palestina hingga meraih kemenangan.
Dalam Pemilu 2006 merupakan sejarah baru dalam demokratisasi Palestina, karena untuk pertama kalinya HAMAS mengikuti pamilu nasional. Kemenangan ini diraih setelah HAMAS berhasil memperoleh 72 kursi dari 132 kursi yang diperebutkan atau lebih dari 50% suara para pemilih pada 25 Januari 2006. Kal ini menjadikan HAMAS sebagai bagian dari Otoritas Palestina dan berhak membentuk pemerintahan legislatif Palestina, serta mengakhiri peta klasik politik Palestina yang didominasi Fatah selama empat dekade. Bagi HAMAS kemenangannya pada pemilu kali ini adalah tahap kedua menuju legitimasi Palestina, legitimasi pertama dengan berjuang melawan musuh dan berhasil, yang kedua adalah legitimasi secara konstitusional.
HAMAS memanfaatkan isu korupsi sebagai senjata utama dalam program kampanyenya. Selain isu anti korupsi,ketidakmampuan pemerintahan Arafat dan Abbas membuat masyarakat Palestina kecewa dan hilang kepercayaannya disebabkan tidk ada satupun fraksi atau tokoh Palestina yang memiliki hak untuk mengoperasikan konflik dengan musuh atau proyek pembenbasan. Alasan-alasan yang membuat gerakan HAMAS sangat mempengaruhi kehidupan rakyat Palestina antara lain:
1. HAMAS berhasil menciptakan heroisme Palestina dengan gerakan perlawanan bersenjatanya, khususnya Intifadhah kedua (2000-2004).
2. HAMAS memanfaatkan doktrin agama dalam menjalankan misi politiknya.
3. HAMAS hadir secara riil (nyata) ditengah-tengah publik. HAMAS hadir dengan mendirikan organisasi-organisasi sosial,pos-pos pelayanan kesehatan,lembaga zakat, balai pendidikan dan hafalan Al-Qur'an klub-klub remaja, mimbar-mimbar agama, dan lain-lain.
4. Sikap keras Israel terhadap para pemimpin HAMAS mampu menumbuhkan simpati dan solidaritas rakyat Palestina terhadap HAMAS.
5. HAMAS mampu menghadirkan pemahaman keagamaan yang "moderat" dan menyentuh sanubari pendukungnya, dan terlihat dalam pemilu legislatif dengan mengikutsertakan [erempuan dan seorang kristen dalam pemerintahannya.
Masuknya HAMAS dalam perpolitikan Palestina diharapkan dapat membangun para pendukung dan konsolidator penguatan perlawanan terhadap Israel, di tengah penguasaan HAMAS terhadap jaringan politik, sebagai kekuatan operasi perlawanan dan dukungannya.
C. Arah Politik HAMAS Pasca Pemilu
Kemenangan HAMAS dalam pemilu legialatif di Palestina memunculkan optimisme akan terjadinya perubahan pasca Pemilu, baik secara struktural dan stratesi dalam tubuh organisasi HAMAS serta peta perpolitikan Palestina ke depan. Namun berbagai reaksi beragam datang dari berbagai negara dan telah menyentak kesadaran pihak-pihak yang selama ini beroposisi dengannya. Walaupun kemenangan HAMAS diraih dengan cara demokratis dan konstitusional, namun bagi Washington, kemenangan HAMAS ini semakin menambah kepelikan terhadap retorika penggalakan demokrasi Bush di Timur Tengah. Serupa dengan sekutunya, Israel juga tidak mengakui kemenangan serta tidak mengizinkan HAMAS menjadi bagian dari Otoritas Palestina. Masuknya HAMAS dalam Otorita Palestina dinilai menandai berakhirnya proses perdamaian Palestina-Israel dan Timur Tengah karena bagi mereka HAMAS adalah organisasi teroris.
Sedangkan negara-negara Arab dan muslim menyatakan kegembiraannya. Iran menyatakan kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung pergerakan perlawanan terhadap Israel. Dengan kemenangannya, maka perdana menteri terpilih dari fraksi HAMAS, Ismail Haiya berhak membentuk kabinet yang akan membuatnya leluasa untuk melakukan manuver politik dalam menentukan kebijakan pemerintah. HAMAS ingin menentukan arah politiknya dalam semua masalah, baik yang menyangkut onternal Palestinamdunia Arab, dn internasional, termasuk hubungannya dengan Israel yang sesuai dengan perimbangan kekuatan di pentas politik Palestina.
Kekhawatiran Israel dan AS terhadap kemenangan HAMAS sangat beralasan, terlebih karena serangkaian pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap para pemimpin dan petinggi HAMAS seperti Syeikh Ahmad Yassin, Abdul Aziz Al-Rantisi, Shalah Syahadah, Yahya Ayyash dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi sebelum HAMAS berkuasa di Palestina. Israel menduga akan terjadinya balas dendam terhadapnya atas kejadian tersebut. Terlebih lagi HAMAS ikut menentukan berbagai kebijakan politik di Palestina.
Walaupun HAMAS sudah berusaha mewujudkan kedamaian di Palestina, tetapi tampaknya antara Palestina dan Israel tidak akan terwujud perdamaian tanpa adanya kerjasama kolektif antara otritas Palestina dan Otoritas Israe; demi mencapai solusi yang tidak merugikan pihak yang selama ini tertindas atas pendudukan Israel. Karena bagi HAMAS, Palestina adalah tanah wakaf milik seluruh umat Islam di dunia yang tidak boleh sejengkalpun hilang terlebih dirampas oleh tangan-tangan yang ingin berusaha menghapus identitas dan akar keagamaan serta peradaban Islam yang telah ada sejak ribuan tahun silam.
No comments:
Post a Comment