Monday, April 26, 2010

KUAT DALAMPRESPEKTIF ISLAM

Bab I
pendahuluan

1.1 kata pengantar
Menjadi kuat adalah dambaan dambaan setiap insan, menjadi hebata adalah idaamn setiap insan kekuatan adalah potensi yang sangat disyang jika tak dapat diaktualisasikan, diaplikasikan serta diaksentuasikan dala sebuah kehidupan. Kuat dan hebat adalah dua eemen penting untuk menggapai kebahagiann dunia dan akhirat(sa'adatuddarain).
Maka dari itu diperlukan sebuah ilustrasi, gambaran atau tipologi manusia yang kuat, bagaimankah sesungguhnya manusia dapat dikatakan kuat? Secara fisik sajakah? Secara psikis sajakah? Atau keduanya harus berjalan seimbang? Maka dari itu saya mencoba mengupas profil manusia kuat prspektif islam.
1.2 Rumusan masalah
1. apakah yang dimaksud dengan manusia yang kuat?
2. bagimanakah aksentuasi manusia yang kuat prespektif hadist nabi dalam kehidupan sehari-hari?

Bab II
pembahasan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Artinya:
Telah bercerita kepadaku Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair keduanya berkata telah bercerita kepadaku Abdullah bin Idris dari Rabi,ah bin Ustman dari Muhammad bin Yahya bin Hibban dari A'raj dari Abi Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda mu'min yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mu'min yag lemah dan bersungguh-sungguhlah kamu atas segala sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolonga epada Allah dan jangnlah menyerah dan jika sesuatu hal menimpamu jangnalah kamu berkata andaikata saya melakukan hal yang demikian maka jadinya akan begini dan begini tetapai berkatalah itu semua ketentuan dari Allah dan allah jika menghendaki sesuatu maka Ia akan mengerjakannya, maka sesungguhnya kata-kata Lau (pengandaian) dapat memicu perbuatan syaitan.

Sarah/ penjelaasan hadist :

- قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( الْمُؤْمِن الْقَوِيّ خَيْر وَأَحَبُّ إِلَى اللَّه مِنْ الْمُؤْمِن الضَّعِيف ، وَفِي كُلّ خَيْر )
وَالْمُرَاد بِالْقُوَّةِ هُنَا عَزِيمَة النَّفْس وَالْقَرِيحَة فِي أُمُور الْآخِرَة ، فَيَكُون صَاحِب هَذَا الْوَصْف أَكْثَر إِقْدَامًا عَلَى الْعَدُوّ فِي الْجِهَاد ، وَأَسْرَع خُرُوجًا إِلَيْهِ ، وَذَهَابًا فِي طَلَبه ، وَأَشَدُّ عَزِيمَة فِي الْأَمْر بِالْمَعْرُوفِ ، وَالنَّهْي عَنْ الْمُنْكَر ، وَالصَّبْر عَلَى الْأَذَى فِي كُلّ ذَلِكَ ، وَاحْتِمَال الْمَشَاقّ فِي ذَات اللَّه تَعَالَى ، وَأَرْغَب فِي الصَّلَاة وَالصَّوْم وَالْأَذْكَار وَسَائِر الْعِبَادَات ، وَأَنْشَط طَلَبًا لَهَا ، وَمُحَافَظَة عَلَيْهَا ، وَنَحْو ذَلِكَ .
وَأَمَّا قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَفِي كُلّ خَيْر )
فَمَعْنَاهُ فِي كُلّ مِنْ الْقَوِيّ وَالضَّعِيف خَيْر لِاشْتِرَاكِهِمَا فِي الْإِيمَان ، مَعَ مَا يَأْتِي بِهِ الضَّعِيف مِنْ الْعِبَادَات .
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعك وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ وَلَا تَعْجِز )
أَمَّا ( اِحْرِصْ ) فَبِكَسْرِ الرَّاء ، ( وَتَعْجِز ) بِكَسْرِ الْجِيم ، وَحُكِيَ فَتْحهمَا جَمِيعًا ، وَمَعْنَاهُ اِحْرِصْ عَلَى طَاعَة اللَّه تَعَالَى ، وَالرَّغْبَة فِيمَا عِنْده ، وَاطْلُبْ الْإِعَانَة مِنْ اللَّه تَعَالَى عَلَى ذَلِكَ ، وَلَا تَعْجِز ، وَلَا تَكْسَل عَنْ طَلَب الطَّاعَة ، وَلَا عَنْ طَلَب الْإِعَانَة .
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَإِنْ أَصَابَك شَيْء فَلَا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْت كَانَ كَذَا وَكَذَا ، وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللَّهِ ، وَمَا شَاءَ فَعَلَ ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَح عَمَل الشَّيْطَان )
قَالَ الْقَاضِي عِيَاض : قَالَ بَعْض الْعُلَمَاء : هَذَا النَّهْي إِنَّمَا هُوَ لِمَنْ قَالَهُ مُعْتَقِدًا ذَلِكَ حَتْمًا ، وَأَنَّهُ لَوْ فَعَلَ ذَلِكَ لَمْ تُصِبْهُ قَطْعًا ، فَأَمَّا مَنْ رَدَّ ذَلِكَ إِلَى مَشِيئَة اللَّه تَعَالَى بِأَنَّهُ لَنْ يُصِيبهُ إِلَّا مَا شَاءَ اللَّه ، فَلَيْسَ مِنْ هَذَا ، وَاسْتَدَلَّ بِقَوْلِ أَبِي بَكْر الصِّدِّيق رَضِيَ اللَّه عَنْهُ فِي الْغَار : ( لَوْ أَنَّ أَحَدهمْ رَفَعَ رَأْسه لَرَآنَا ) . قَالَ الْقَاضِي : وَهَذَا لَا حُجَّة فِيهِ ؛ لِأَنَّهُ إِنَّمَا أَخْبَرَ عَنْ مُسْتَقْبَل ، وَلَيْسَ فِيهِ دَعْوَى لِرَدِّ قَدَر بَعْد وُقُوعه . قَالَ : وَكَذَا جَمِيع مَا ذَكَرَهُ الْبُخَارِيّ فِي بَاب ( مَا يَجُوز مِنْ اللَّوّ ) كَحَدِيثِ ( لَوْلَا حِدْثَان عَهْد قَوْمك بِالْكُفْرِ لَأَتْمَمْت الْبَيْت عَلَى قَوَاعِد إِبْرَاهِيم وَلَوْ كُنْت رَاجِمًا بِغَيْرِ بَيِّنَة لَرَجَمْت هَذِهِ وَلَوْلَا أَنْ أَشُقّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ ) وَشِبْه ذَلِكَ ، فَكُلّه مُسْتَقْبَل لَا اِعْتِرَاض فِيهِ عَلَى قَدَر ، فَلَا كَرَاهَة فِيهِ ؛ لِأَنَّهُ إِنَّمَا أَخْبَرَ عَنْ اِعْتِقَاده فِيمَا كَانَ يَفْعَل لَوْلَا الْمَانِع ، وَعَمَّا هُوَ فِي قُدْرَته ، فَأَمَّا مَا ذَهَبَ فَلَيْسَ فِي قُدْرَته . قَالَ الْقَاضِي : فَاَلَّذِي عِنْدِي فِي مَعْنَى الْحَدِيث أَنَّ النَّهْي عَلَى ظَاهِره وَعُمُومه ؛ لَكِنَّهُ نَهْيُ تَنْزِيه ، وَيَدُلّ عَلَيْهِ قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( فَإِنَّ لَوْ تَفْتَح عَمَل الشَّيْطَان ) أَيْ يُلْقِي فِي الْقَلْب مُعَارَضَة الْقَدَر ، وَيُوَسْوِس بِهِ الشَّيْطَان . هَذَا كَلَام الْقَاضِي : قُلْت : وَقَدْ جَاءَ مِنْ اِسْتِعْمَال ( لَوْ ) فِي الْمَاضِي قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَوْ اِسْتَقْبَلْت مِنْ أَمْرِي مَا اِسْتَدْبَرْت مَا سُقْت الْهَدْي ) . وَغَيْر ذَلِكَ . فَالظَّاهِر أَنَّ النَّهْي إِنَّمَا هُوَ عَنْ إِطْلَاق ذَلِكَ فِيمَا لَا فَائِدَة فِيهِ ، فَيَكُون نَهْي تَنْزِيه لَا تَحْرِيم . فَأَمَّا مَنْ قَالَهُ تَأَسُّفًا عَلَى مَا فَاتَ مِنْ طَاعَة اللَّه تَعَالَى ، أَوْ مَا هُوَ مُتَعَذَّر عَلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ ، وَنَحْو هَذَا ، فَلَا بَأْس بِهِ ، وَعَلَيْهِ يُحْمَل أَكْثَر الِاسْتِعْمَال الْمَوْجُود فِي الْأَحَادِيث . وَاَللَّه أَعْلَم .
Yang dimaksud dengan kata-kata kuat di sini adalah kekuatan jiwa sebagai aspe utama dana juga kekuatan fisik sebagai penunjang kekuatan jiwa karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat sedangkan yang dimaksud dengan kata-kata bersungguh-sungguhlah kamu atas segala sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolonga epada Allah dan jangnlah menyerah kita diperintah untuk bersungguh- sungguh dalm rangka mentaati segala perintah Allah, selain itu kita sebagai maklukNya juga diharuskan untuk meminta pertolongan padaNya dan janganlah sekali-kali kita menyerah dari dua aspek tersebut yakni brsungguh unuk ta,'at dan juga meminta pertolongan pada tuhan dilain phak .
Sedangkan yang dimaksud dengan kata-kata dan jika sesuatu hal menimpamu jangnalah kamu berkata andaikata saya melakukan hal yang demikian maka jadinya akan begini dan begini tetapai berkatalah itu semua ketentuan dari Allah dan allah jika menghendaki sesuatu maka Ia akan mengerjakannya, maka sesungguhnya kata-kata Lau (pengandaian) dapat memicu perbuatan syaitan. Qodi iyadh mengtakan bahwasanya mainstream ulama berpendapat bahwa larangan dalm menggunakan kata-kata pengandaian dikhususkan untuk orang-orang yang percaya penuh atas pendirianya bahwasanya andaikata ia tidak melakukan hal seperti ini maka jadinya akan seperti ini, seperti contoh andai kata saya tidak berkenalan denganmu maka hal yang sangat buruk tida akan perna menimpa pada diriku, jadi jika seseorang tidak bersi keras atas pendirianya tersbut dan mengembalikan semua perkara dan masalah maka dia tidak termasuk dri golongan yang mendapat ultimatum ini, para ulama menyandarkan pendapat ini atsa dasar perkataan Abu bakar sidiq yang berkata sewaktu beliau ada di gua hira jika seumpama salah satu dari mereka mengangkat kepalanya maka merka akan melihat kita akan tetapi qodli iyadh mengatakan bahwasanya apa yang dipake sebagai pijakan hukum dalam menentukan pelarangan tersebut bukan merupakan hujah karena sesungguhnya Abu bakar berkata dan juga membahas tentan kejadian yang sudah lampau dan yang sudah terjadi sedangkan yang dimaksud dengan hadist disini pelarangan atas sesuatu yang belum terjadi dan argumen inilah yang dipake oleh Imam buquri dalm bab pengandai yang diperbolehka seperti hadist di bawah ini
لَوْلَا حِدْثَان عَهْد قَوْمك بِالْكُفْرِ لَأَتْمَمْت الْبَيْت عَلَى قَوَاعِد إِبْرَاهِيم وَلَوْ كُنْت رَاجِمًا بِغَيْرِ بَيِّنَة لَرَجَمْت هَذِهِ وَلَوْلَا أَنْ أَشُقّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ
Dan sebagainya, akan tetapi masih menurut qodli iyadh bahwasanya larangn yang ditekankan oleh hadist ini adalah aspek pembersihan dari kalimat-kalimat pengandaian, hal itu menurutnua dapat di buktikan dengan kata-kata sesudahnya yang berbunya sesungguhnya kata-kata Lau (pengandaian) dapat memicu perbuatan syaitan. Akan tetapi menurut Imam bukhori ada juga kata-kata pengandaian yang di gunakan untuk menunjk zaman yang telah berlalu sebagai mana perkataan nabi
لَوْ اِسْتَقْبَلْت مِنْ أَمْرِي مَا اِسْتَدْبَرْت مَا سُقْت الْهَدْي
Secara pragmatis menurut Imam bukhori larangan hadist ini adalah bersifat anjuran atas pembersihan dai kata-kata pengandaian bukan penekanan pada pengharamanya.
Aksentuasi hadist terhadap kehidupan sehari –hari
Nabi adalah sosok manusia panutan, setiap gerak-gerik, ucapan serta tingkah lakunya patut dan harus kita jadika pedoman untuk mengarungi masis pahit, asam asinya kehidupan ini. Diantara hal yang pelu kita tel;adani dari manusia yang bernama muhammad ini adalh kekuatan yang beliau miliki.
Muhammad SAW di samping dikenal sebagai indifidu yang mempunyai kekuatan fisik, contoh kecil ketika suatu hari seorang pegulat ulung menantang nabi,, dengan jjaminan seandainya muhammad bisa merobohkanya maka pgulat tersebut akan masuk islam dan terbukti muhammad mampu merobohkanya sebanyak tiga kali padahal tuntutan dari pegulat tesebut adalah astu kali robohan. Selain itu Muhammad SAW juga memiliki kekuatan rohani atau jiwa, hal tersebut terbukti betapa kuat kondisi psikologi muhammad cercaan, cemooan dari masyarakat quraisy di masa itu palagi beliau terbukti mampu keluar dari kungkngan ammul khuzen(ketika istri dan paman muhammad Saw meninggal)
Kita sebagai umat muslim hendaknya meniru muhammad SAW dari aspek kekuatan keuletan serta ketidak putus asaanya dalam menghadapi sesuatu baik secaraq fisik dan psikis, karena dua aspek tersebut harus seimbang, balance dan juga equal. Karna ketika dua aspek tersebut tidak jalan dengan seimbang maka manusia seakan akan teredusir dari aspek kemanusiaanya, manusia lemah secara fisik maka ia tidak lebih dari seekor binatang, begitu juga ketika ia lemah secara psikis atau rohani maka ia bagaikan sangkar yang takberpenghuni dalam hal ini maka hadist nabi layak untuk dikemukakan bahwasanya "atdhohr tadullu 'ala albatin" atau dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.




Bab III
Kesimpulan
Dari uarain diatas mak dapat kita tarik benang merah bahwasnya seorang mukmin irtu baru dapat dikataka mukmin jika memiliki tubuh dan juga jiwa yang kuat. Dalam arti seorang mikmin harus mempunyai daya juang secara lahir dan batin.
Disam[ping itu nabi juga secara eksplisit mangataka bahwasnnya didalam tubuh yang sehat terdapat jiewa kuat, kuat bukan berarti berotot tanpa berotak atau berotak tanpa berotot akan tetapi yang dinamakan dengan kuat adalah berotak dan berotot sekaligus.


















No comments:

Post a Comment