Saturday, April 24, 2010

makalah tentang kebudayaan

KEBUDAYAAN

M A K A L A H
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ ANTROPOLOGI“











Oleh
syifaul qulub

Dosen Pembimbing:
Drs. H. Syaiful Ahrori, M.EI

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tetntang manusia dan kebudayaannya kembali pada sejarah. Di universitas-universitas Amerika Serikat, dimana Antropologi telah mencapai suatu ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit 5 masalah penelitian khusus yaitu:
1) Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (Evolusi) secara Biologis.
2) Masalah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
3) Masalah sejarah asal, perkembangan, penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia diseluruh dunia.
4) Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia diseluruh dunia.
5) Masalah mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar diseluruh muka bumi masa ini.
Dari masalah penelitian yang didalami dalam Antropologi, banyak menyangkut-pautkan dengan kebudayaan, dan dalam Antropologi sendiri banyak mempelajari dari pada kebudayaan. Memang benar bahwa Antropologi mempelajari manusia, tetapi untuk mempejari manusia, pastilah akan mempelajari tentang kebudayaan yang berkembang dimasyarakat itu, sehingga disini merupakan pemacu dalam menulis tentang kebudayaan.




2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditemukan berbagai permasalahan :
a) Apa pengertian kebudayaan?
b) Bagaimana karakteristik kebudayaan sebenarnya?
c) Apa tujuan adanya suatu kebudayaan?
d) Apa hubungan kebudayaan masyarakat dan individu?
























Daftar Isi
Daftar isi
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
1. Pengertian Kebudayaan
2. Karakteristik kebudayaan
3. Fungsi Kebudayaan
4. Hubungan Kebudayaan, Masyarakat, dan Individu.

BAB III : Kesimpulan
Daftar Pustaka




















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
Dalam Pendefinisian keudayaan para Antropolog memiliki devinisi yang berbeda-beda tentang kebudayaan. Berdasarkan Literature yang ada, definisi kebudayaan yang dihasilkan Antropolog sudah mencapai lebih dari 170 definisi, namun demikian tidak memiliki hak Eksklusif untuk melakukan klaim atas istilah kebudayaan.
Istilah kebudayaan atau Culture (bahasa inggris) berasal dari kata Colere (kata kerja bahasa latin) yang berarti bercocok tanam (Cultivation) Cultivation atau kultivasi yang berarti pemeliharaan ternak hasil bumi, dan upacara-upacara religius yang darinya diturunkan istilah kultus atau “Kult” (Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto,2005:7). Dalam bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari kata Buddhi (budi atau akal), kata budaya juga ditafsirkan merupakan perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, rasa. Menurut Raymond Williams, kata kebudayaan merupakan salah satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaanya dalam bahasa inggris.
Definisi kebudayaan yang paling tua dikemukakan oleh Edward B. Tyloy pada tahun 1871. kebudayayan oleh Tylor didefinisikan sebagai “keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum ,moral adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”, Alfret Weber mendefinisikan kebudayaan sebagai “suatu bentuk Ekspresional Spiritual dan Intelektual dalam subtansi kehidupan, atau suatu sikap spiritual dan Intelektual terhadap Substansi itu.” Dalam Basam Tibi 1999;73”.
Dalam pemakaan sehari-hari perkataan “Kebudayaan” berarti Kwalitas tang wajar yang dapat diperoleh dengan mungunjungi, cukup banyak sandiwara dan konsep tarian dan mengamati karya seni pada sekian banyak gedung kesenian. Sedangkan menurut Palph Linton, kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tnggi atau lebih diinginkan.
Kebudayaan itu terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan dan Persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada dibalik prilaku manusia, dan yang tercermin dalam perilaku , semua itu adalah milik bersama para anggota masyarakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima dalam masyarakat. Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan secara Biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan yang terpadu.
Para Antropologi mempunyai pendapat bahwa untuk anak-anak dalam mempelajari kebudayaan yaitu dengan mengalaminya dan dengan berbicara tentang kebudauyaan dangan orang-orang yang hidup menurut peraturan-peraturannya.
Sedangkan ahli Antropologi lebih sistematis dalam mempelajari kebudayaan yaitu dengan melalui Observasi dan diskusi yang teliti dengan informan-informan yang mengetahui tata cara kebudayaan mereka dengan baik sekali. Ahli Antropologi juga Mengabstraksikan sejumlah peraturan untuk menerangkan perilaku orang didalam kebudayaan tertentu.
Untuk konsep kebudayaan pertama kalinya dikembangkan oleh para ahli Antropologi menjelang abad ke-19. devinisi pertama yang sungguh-sungguh jelas dan Komprehensif tersebut sudah disebutkan diatas.
B. Karakteristik kebudayaan
Melalui Study perbandingan terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli Antropologi telah berhasil memperoleh pengertian tentang Karakteristik-karakteristik pokok yang dimiliki bersama oleh semua kebudayaan. Study yang teliti tentang karakteristik tersebut membantu untuk melihat kepentingan dan fungsi kebudayaan itu sendiri, dan karakteristik kebudayaan adalah:
a. Kebudayaan adalah milik bersama
Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai dan standart perilaku; kebudayaan adalah sebutan persamaan (Common Denominator), yang menyebabkan perbuatan para individu dapat difahami oleh kelompoknya. Karena mamiliki kebudayaan yang sama, orang yang satu dapat meramalkan perbuatan orang yang lain dalam situasi tertentu, dan mengambil tindakan yang sesuai.
Jika hanya seseorang yang memikirkan atau melakukan hal tertentu, maka hal itu adalah kebiasaan pribadi, bukan suatu pola kebudayaan.
Agar dapat secara tepat tercakup dalam kebudayaan ia harus dimiliki bersama agar suatu bangsa atau oleh sekelompok orang-orang, jadi para Antropologi barulah berpendapat bahwa suatu bangsa mempunyai kebudayaan, jika para warganya memiliki bersama pola-pola berfikir dan berkelakuan yang didapat melalui proses belajar.
Masyarakat (Society) dapat di devinisikan sebagai kelompok manusia yang mendiami tempat tertentu, yang demi kelangsungan hidupnya saling tergantung satu sama lain, dan yang memiliki kebudayaan bersama.
Dari sini sudah jelas bahwa tidak mungkin ada masyarakat tanpa individu. Sebaliknya, tidak ada masyarakat manusia yang dikenal yang tidak berbudaya.
Meskipun kebudayaan adalah milik bersama anggota masyarakat pentinglah disadari bahwa semua itu adalah seragam. Dalam setiap masyarakat setidak-tidaknya ada beberapa perbedaan peranan diantaranya pria dan wanita. Ini berarti bahwa ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian wanita, tetapi tidak bagi pria dan sebaliknya, ini menandakan ada beberapa perbedaan antara kebudayaan pria dan kebudayaan wanita.
b. Kebudayaan adalah hasil proses belajar
Kebudayaan adalah cara berlaku yang dipelajari; kebudayaan tidak tergantung dari Transmisi Biologis atau pewarisan dari unsure Genetic. Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan oleh insting dan naluri yang walaupun tidak termasuk bagian dari kebudayaan, tapi itu merupakan bagian dari kebudayaan, dan kelakuan Instingtif itu tidak dipelajari karena akan muncul dengan sendirinya.
Semua kebudayaan adalah hasil belajar, orang mempelajari kebudayaannya dengan menjadi besar didalamnya. Ralph Linton menyebut kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia. Proses penerusan kebudayaan dari generasi satu kepada generasi yang lain, disebut Enkulturasi.
Melalui Enkulturasi orang mengetahui cara yang secara sosial tepat untuk memenuhi kebutuhannya yang ditentukan secara Biologis adalah penting untuk membedakan antara kebutuhan yang bukan hasil belajar, dan cara-cara yang dipelajari untuk memenuhinya.
Contoh bentuk Enkulturasi adalah kebanyakan binatang makan dan minum kapan saja timbul keinginanya, akan tetapi manusia biasanya makan dan minum pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan menurut kebudayaan dan mereka merasa lapar menjelang waktu itu.

c. Kebudayaan didasarkan pada lambing
Ahli Antropologi Lesle White berpendapat bahwa semua perilaku manusia mulai dengan penggunaan lambang. Seni, agama dan uang dan melibatkan pemakain lambang. Aspek Simbolik yang terpenting dari kebudayaan adalah bahasa-penggantian objek dengan kata-kata. Stanley Salthe menegaskan “bahasa Simbolik adalah Fundamen tempat kebudayaan manusia dibangun.” Pranata-pranata kebudayaan (struktur politik, agama, kesenian, organisasi, ekonomi) tidak mungkin ada tanpa lambang.
d. Integrasi kebudayaan
Untuk keperluan menjadi sejumlah bagian (Unsur) yang kelihatannya sendiri-sendiri, tetapi perbedaan-perbedaan seperti itu bersifat sembarang (Arbritary) ahli Antropologi yang menyelidiki salah satu aspek kebudayaan selalu merasa perlu untuk juga menyelidiki aspek-aspek lainny. Toleransi semua aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagi kesatuan yang saling berhubungan disebut Integrasi.
Contoh gambaran Integrasi aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial dari mayarakat diperlihatkan oleh masyarakat papua kapauku, sebuah suku bangsa pegunungan di Irian Jaya (Western New Guenia). Ekonomi mereka bersandar pada pembudidayaan tanama, bersama-sama dengan penangkaran (Breeding) babi, memburu dan menangkap ikan.

C. Fungsi kebudayaan
Kebudayaan tidak mungkin lestari, kalau tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu para anggotanya. Seberapa jauh kebudayaan tersebut memenuhi kebutuhan dan itulah yang menentukan kesuseksanya dan sukses itu diukur dari nilai-nilai kebudayan itu sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kebudayaan harus mampu Memproduksi dan Mendistribusikan barang-barang dan jasa yang dipandang perlu untuk hidup. Kebudayan harus ,menjamin kelestarian Biologis, dan memproduksikan anggota-anggotanya. Kebudayaan harus memberi motivasi kepada para anggotanya untuk bertahan hidup dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk kelangsungan hidup itu.

D. Hubungan kebudayaan, masyarakat dan individu
Masyarakat tidak lebih dari pada persatuan individu-individu yang semuanya masing-masing mempunyai kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri. Kalau ingin lestari, masyarakat harus berhasil menciptakan keseimbangan antara kepentingan pribadi para anggotanya dan tuntunan masyarakat sebagai keseluruhan, oleh karena itu harus ada keseimbangan yang diteliti diantara kepentingan pribadi individu dan tuntutan kelompok atas tiap-tiap individu.
Jadi demikian, semua kebudayaan harus menemukan keseimbangan yang teliti diantara kebutuhan individu dan masyarakat. Kalau kepentingan masyarakat menjadi dominant, individu mengalami tekanan yang terlalu berat. Manifestasinya dapat meliputi segala macam kegiatan anti social, kejahatan, penyalagunaan narkotika, dll. Kalau ini berjalan terlalu jauh, akibatnya dapat berupa keruntuhan kebudayaan, dengan perubahan yang disertai kekerasan.
Dewasa diatas menunjukkan bahwa jika kebudayaan tidak sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat, maka akan menimbulkan kesenggangan sosial.





Bab III
Penutup

1. kesimpulan
Dari hasil paparan yang telah dipaparkan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa :
a) Karakteristik suatu kebudayaan adalah, bahwa kebudayaan merupakan milik bersama, dan kebudayaan juga muncul dari suatu pross belajar.
b) Tujuan kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara Kompleks.
c) Hubungan kebudayaan dengan masyarakat serta individu adalah, bahwa kebudayaan muncul dengan adanya individu-individu yang ada dalam masyarakat dan berkembang dimasyarakat tersebut.

2. Saran
Dari uraian diatas, penyusun mengharapkan pembaca mengetahui bagaimana kebudayaan itu dan disamping mengetahui bagaimana kebudayaa juga dapat menambah pengetahuan terhadap para pembaca.












DAFTAR PUSTAKA
Haviland, William, dan Soekadijo, R.G., Antropologi 4, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 1985.
Pujilaksono, Sugeng, Petualangan Antropologi, Malang: UMM Press, 2006.
Ihromi, T.O., Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996.
Pospisil, Leopold, The Kapauku Papuans Of New Guinea, New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1963
Saithe, Stanley, N., Evaluationary Biology, New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1972


No comments:

Post a Comment